Di desa-desa, suara terbungkam, Mimpi mereka direnggut diam-diam. Rakyat dipaksa, hidup di ambang, Tanah dijual, mimpi terpanggang. Jika menolak, tangan besi menghajar, Air mata bercampur debu dan pagar. Hutan terbakar, asap membubung, Laut dipagari, siapa yang untung? Ketidakadilan jadi hal biasa, Teriak keras, tapi siapa yang dengar? Mereka ambil semua yang kita punya! Hancurkan rumah, dan sebut itu wajar! Kita melawan, meski tertindas, Demi suara yang takkan terhempas! “Di desa-desa… Rakyat dipaksa…” “Laut dipagari… Mimpi terbakar…” Mereka berkata ini demi kemajuan, Tapi di baliknya ada kehancuran. Jiwa yang hidup kini ditindas, Keadilan pergi, meninggalkan bekas. Apa yang tersisa untuk kita nanti? Bayang-bayang suram tanpa tepi. Jika ini masa depan yang dijanjikan, Aku lebih baik melawan penindasan. Tanah ini bukan untuk dijual! Laut ini bukan untuk dipagari! Kami berdiri meski dihancurkan, Suara kami takkan kau lenyapkan! Mereka ambil semua yang kita punya! Hancurkan rumah, dan sebut itu wajar! Kita melawan, meski tertindas, Demi suara yang takkan terhempas! Di desa-desa, suara terbungkam… Tapi perlawanan ini takkan tenggelam.